My Blog List

Thursday, 9 November 2017

Tips yang jitu

Hari terakhir pun tiba. Tak terasa, waktu ternyata terlalu cepat berlalu. Padahal, awalnya banyak keraguan dalam diriku saat akan mengikuti 30 Day Writing Challenge ini. Bisa tidak yah? Batinku meragukanku. Namun, rasa penasaranku yang datang lebih besar membuatku memutuskan untuk mengikuti tantangan ini.

Yang paling ku ingat adalah tips yang mengatakan, menulislah dengan hati. Karena jika menulis dengan hati, maka isinya akan sampai kepada pembacanya. Karena dengan sendirinya ada emosi yang bermain di dalamnya. Ku praktekan lah tips ini. Dan ya, benar sekali. Bahkan alur dan jalan cerita nya pun mengalir dengan sendirinya.

Bahkan, tak perlu lagi khawatir dengan jumlah minimal kata yang 200 karena pasti akan lebih. Demikian pula jika kita sedang tak ada ide, kemarin terjadi dikisaran setelah 10 hari pertama. Cukup mengenang masa lalu saja, maka tulisan pun akan mengalir. Mau fiksi atau non fiksi keduanya sama saja.

Apalagi jika kita sedang jatuh cinta. Rasa yang ada, jika kita tuangkan ke dalam tulisan maka akan menjadi tulisan yang menarik. Bahkan jika kita beri sedikit bumbu seperti hal yang kita inginkan atau dambakan. Pembaca akan merasa ini kisah yang sungguh amat menarik.

Waktu yang hampir berakhir juga dapat memacu kreatifitas yang terkadang buntu. Tiba-tiba saja datang mengalir dengan sempurna. Pengalaman ini sungguh membuatku ketagihan. Tak ada yang tak mungkin jika kita mau mencobanya.


#30daywritingchallange #jilid9 #day30 #squad1

Wednesday, 8 November 2017

Bahagiaku bersamanya

Setiap orang pasti memiliki harapan dan impian akan keluarga dan rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Sama halnya dengan aku yang sudah pernah gagal dalam membina rumah tangga. Harapanku kelak aku memiliki imam yang terbaik menurut Allah untukku. Karena terbaik menurut ku belum tentu baik menurut Allah.

Imam yang dapat membimbingku atau mungkin memiliki semangat yang sama dalam menggali dan mengaplikasikan sakinah mawadah warohmah dalam kehidupan berumah tangga, dan aku bukanlah wanita yang sempurna. Namun aku berusaha yang terbaik untuk imam dan keluargaku.

Komunikasi adalah kunci utama dalam setiap hal, demikian pula dalam rumah tangga. Dari komunikasi maka akan menimbulkan sikap saling percaya. Cinta dapat tumbuh perlahan sejalan dengan waktu, jika dilandasi dengan tujuan yang sama. Yaitu mencari ridho nya Allah.

Kupanjatkan doa dalam setiap sujudku serta dalam waktu yang diijbah. Kuharapkan jendela langit terbuka dan Allah mendengar segala doa dan harapanku. Kapan waktu nya? Hanya Allah sajalah yang bisa memberikan jawabannya.

Fokusku hanya memperbaiki diri menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Karena aku yakin, jika aku berbuat demikian maka jodohku diseberang sana pun akan melakukan hal yang sama pula denganku. Dan hanya doa saja lah yang akan mempertemukan kami kelak.

Dan semoga sang imam secepatnya dapat menghampiriku sesuai dengan impianku. Imam yang dapat membawa kami keluarga nya ke gerbang rahmat Allah.



#30DayWritimhChallange #jilid9 #Squad1 #day29

Tuesday, 7 November 2017

Tenang

Terkejut aku mendengar teriakan dari halaman rumah. “Mommy …!!! ”, terdengar teriakan setengah menjerit lagi. Berlarilah aku menuju halaman rumah. Kudapati sang adik berdiri sambil memegangi keningnya yang bercucuran darah tanpa mengelurakan setetes air mata pun. Namun wajanya pucat.

“Astagfirullah …kenapa ade a?” tanya ku pada sang kakak yang terlihat panik sambil  menangis. Sang kakak tak dapat menjawab pertanyaanku, hanya dapat menangis tersedu-sedu.
Secepatnya ku ambil tisyu untuk menahan darah yang terus mengalir keluar bercucuran. Tapi tisyu ternyata tak mampu membendung darah yang mengalir keluar. Lalu ku ambil kain untuk menekan laju darah yang keluar.

Panik … itu sudah pasti. Namun aku harus tenang. Lalu ku ambil kunci mobil dan membopong adik ke dalam mobil sambil ku perintahkan sang kakak untuk menjaganya di kursi belakang, sementara aku mengemudikan mobil.

Disepanjang perjalanan sang adik masih saja tetap membisu. Sepertinya karea syok. Sang kakak yang tak henti-hentinya menangis, sambil terus memanggil nama sang adik.
Setibanya di rumah sakit, adik pun segera mendapatkan pertolongan pertama. Ternyata keningnya perlu dijahit. Bahkan selama dijahit adik masih tetap diam, hanya sekali saja ia mengernyitkan matanya saat jarum mulai menusuk kulitnya. Ku genggam erat tangan kecil mungilnya.

Setelah selesai, ku dekat erat sang adik dan kami pun pulang ke rumah. Ku letakkan sang adik di pembaringan. Sang kakak masih saja terisak menyesali apa yang terjadi. “maafkan aku mommy, aku salah” katanya gemetar. Ku rangkul  ia, ku tenangkan jiwanya dengan dekapanku.

Keesokannya harinya barulah ku tanyakan sebetulnya apa yang terjadi pada kemarin sore pada sang kakak. Ternyata adik berlari mengejar sang kakak dihalaman rumah sambil mengelilingi mobil yang sedang terparkir. Namun, karena sang adik yang tak melihat ada anak tangga maka tersungkurlah dan dahinya membentur tangga. Kakak menceritakan sambil kembali terisak.

Kembali ku dekap erat sang kakak. Kukatakan, tenang sayang … mommy tak akan menyalahkan mu. Itu semua musibah. Dan yang terpenting ku dapatkan pelajaran, bahwa tenanglah dalam menghadapi segala sesuatu. Jangan panik, gunakan akal sehatmu. Kontrol emosi sangat diperlukan dalam situasi apapun. Maka, semua akan dapat terkendalikan dengan baik.


#30DayWritingChalange #jilid9 #squad1 #day28

Monday, 6 November 2017

Yoga

Aerobic adalah olah raga yang aku ikuti semenjak aku SMU. Yang berlanjut pada saat kuliah , hingga bekerja. Bahkan tiga tahun yang lalu pun aku masih melakukannya. Lambat laun ku pikir gerakan dalam olah raga aerobic ini sudah kurang sesuai lagi dengan usiaku. Maka aku pun beralih pada olahraga yoga yang kupikir olahraga yang santai.

Namun ternyata yoga lebih berkeringat dari yang ku duga. Dan sangat mengasyikan. Karena biasanya setelah yoga kami melakukan acro yoga. Fleksibilitas dan kekuatan di olah disini. Dan hal inilah yang membuatku semakin menyukai yoga, karena rasa tertantang untuk bisa dapat melakukan hal-hal yang awalnya ku rasa tidak mungkin bisa ku lakukan.

Untuk acro yoga yang dilakukan secara perpasangan, modal yang utama adalah kita harus sangat percaya pada pasangan kita. Sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam melakukan acro. Bahkan kini acro yoga menjadi hal yang sangan ku nanti. Dan ternyata badanku cukup lentur untuk dapat melakukan hal-hal yang ku kira sebelumnya tak bisa ku lakukan.

Masing-masing orang memiliki penguasaan dalan beryoga. Aku memang cukup lentur dalam hal melakukan tekuk menekuk tubuh. Namun aku lemah dalam kekuatan, terutama pada tangan. Sedang temanku, sangat hebat dalam kekuatan. Namun untuk fleksibilitas tubuh ia kurang dapat menguasainya. Bahkan semenjak aku mengikuti yoga, bentuk tubuhku menjadi lebih terbentuk. Emosi lebih stabil dan pernapasan yang terkontrol.

Tujuan aku berolah raga adalah untuk menjaga kesehatan, dan berbuah bonus raga yang memiliki stamina yang bugar. Jadi mari kita berolah raga, karena didalam jiwa yang sehat terdapat badan yang sehat pula.


#30DayWritingChallange #jilid9 #squad1 #day27 

Sunday, 5 November 2017

Bangkit


Kubaca ayat demi ayat dalam kitab suci Al quran, tak banyak memang. Lalu kubaca artinya, tersedu aku membacanya. Apa yang ku pertanyakan dalam hatiku, ada jawabannya dalam ayat yang baru saja ku baca. Ternyata ini jawaban yang selama ini ku pertanyakan jawab hatiku. Baiklah aku harus bisa dan dapat berdiri dengan tegap di atas kedua kakiku sendiri di mulai saat ini.

Syaratnya cuma satu, yaitu yakin dan percaya pada Allah. Ada atau tidak ada suami bukan lagi masalah buatku. Yang menjadi masalah yaitu jika tidak ada Allah dalam hati kita. Mulailah aku membangun kepercayaan diriku detik itu juga. Berdoa pada yang kuasa setiap langkah yang ku ambil adalah jalan yang terbaik ku tempuh untukku dan anak-anakku.

Awalnya ku pikir jika aku bekerja, maka aku bisa merubah apa yang ada hari ini. Namun, ternyata pemikiranku salah. Karena aku tidak bisa meninggalkan anak-anakku dengan orang lain, mereka terbiasa dengan curahan kasih sayang dan perhatianku semenjak mereka ada dalam kandunganku. Maka aku pun mengambil peluang dari potensi yang ada dalam diriku. Yaitu kegemaran memasakku. Bermodalkan dengan Bismillah aku memulai nya, dan dengan pertolongan yang kuasa lambat laun namun pasti usaha ku berkembang.

Saat itu kulakukan semuanya sendiri, dan itu sangat jitu untuk membuat diriku bisa melupakan dengan semua beban hidup yang ada dipundakku. Fakus tujuanku pun tercapai hanya dalam waktu satu tahun saja. Bahkan laba dari usahaku bisa ku belikan sebuah kendaraan dengan cara tunai.

Hingga pada suatu hari ku berdiri di tepi pantai sambil termenung menatap senja. Dan kudapati ternyata hidayah itu bagaikan cahaya mentari, ia akan masuk pada jendela yang terbuka. Maka bukalah jendela hati kita, agar cahaya Allah masuk dalam relung-relung jiwa kita. Keyakinan akan pada yang kuasa itu adalah hidayah yang tidak semua orang mampu menggenggamnya.


#30DayWritingChallange #jilid9 #squad1 #day26

Saturday, 4 November 2017

Buya

Perjalan liburan kami kali ini sungguh amat menarik. Pertemuanku dengan seorang wanita bernama buya yang berusia 58 tahun, namun penampilannya dan pesonanya bagaikan usia 30 tahun. Dari bibirnya pun selalu keluar kata-kata yang menyegarkan suasana yang membuat gelak tawa disekitarnya.

Begitu banyak talenta yang dimilikinya. Dari mulai memotong rambut, memasak, sampai menjahit. Cantiknya beliau bukan hanya dari segi fisiknya saja. Namun juga dari segi ahlaknya. Siapa pun pasti akan menyukainya.

Ia tak pantas ku jadikan sosok ibu, tapi lebih pantas dijadikan teman. Teman yang begitu banyak pengalaman namun tidak membuatnya sombong. Ia pun senang berbagi tips. Dari mulai memasak sampai masalah keindahan tubuh wanita.

Dan ternyata kami adalah sesama orang dari zodiac gemini. Sama-sama berhati lurus dan mudah menerima siapa saja untuk kami rangkul sebagai teman. Bahkan buya bilang orang yang berzodiak gemini itu adalah orang yang centil. Walau aku sendiri tidak merasa diriku demikian.

Dari beliau pula aku mengetahui manfaat akan minyak jaitun untuk perawatan wajah. Diantaranya untuk menghilangkan garis kerutan pada wajah yang biasanya timbul akibat tersenyum. Dan juga untuk mencegah kantung mata agar tidak turun. Sehingga ia pun masih tampak  cantic seperti saat ini.
Tak sabar rasanya ingin mempraktikan berbagai tips dari buya. Agar kelak aku bisa seperti dirinya yang dapat menyenangkan orang disekelilingnya.


#30DayWritingChallange #jilid9 #squad1 #day25

Friday, 3 November 2017

Membuka Hati

Hal yang paling kutakuti setelah kegagalan rumah tanggaku adalah jatuh cinta. Takut tersakiti dengan hal yang sama. Sehingga membuatku memberikan ruang dan jarak dengan kaum pria. Awalnya aku ingin membenci laki-laki, tapi itu tak mungkin ku lakukan. Karena kedua anak ku adalah laki-laki. Dan mereka adalah hidupku saat ini.

Setiap kali laki-laki yang datang mendekati ku, ku tolak dengan halus. Sampai suatu waktu sahabatku berkata, “tahu kah kamu? Jika separuh iman kita itu ada dalam pernikahan. Maka sempurnakanlah imanmu dengan menikah”. Maka, aku pun mulai mencoba membuka rasa itu. Rasa yang sebelumnya ku kunci rapat-rapat. Dan aku pun tak boleh egois, karena anak-anak ku perlu memiliki figur seorang ayah.


Ternyata Allah begitu baik padaku, aku merasakan jatuh cinta lagi setelah kegagalanku. Dan itu rasanya indah sekali, membuatku bergelora. Dan ku rasa hal ini hanya pantas dirasakan oleh orang yang pernah merasakan kegagalan. Karena yang tidak merasakan kegagalan harus selalu mengolah rasa terhadap pasangannya agar selalu menjadi ikatan yang harmonis.

Namun, dari beberapa laki-laki yang pernah ku beri kesempatan tampaknya tak semulus yang ku bayangkan. Hampir kesemuanya memiliki modus yang sama. Modus yang hanya membuatku memicingkan mataku dan berpikir ulang untuk meneruskan perkenalan kami. Bukan hanya dari sudut pandanganku saja. Karena saat ini orang-orang disekitarku begitu erat menjagaku. Masukan demi masukan kerap kali masuk setiap kali ada yang mendekatiku. Walau pun laki-laki itu adalah rujukan dari mereka sendiri.

Tapi … dari sekian banyak laki-laki. Hanya satu yang begitu menarik perhatianku. Yaitu, ia yang berani meminangku dengan cepat. Bahkan hanya dalam hitungan hari saja ketika kami baru saling mengenal. Dan jatuh cinta ini adalah seperti jawaban atas doaku selama ini. Pintaku, semoga ini menjadi pelabuhan terakhir dalam hidupku. "Jatuh cinta bersamamu", teruntuk seseorang nan jauh disana.


#30DayWritingChallange #Jilid9 #Squad1 #Day24

Thursday, 2 November 2017

Niat baik

Kulihat buku tabunganku sekali lagi. Memperlihatkan kegalauan hati ku. Akan kah ku gunakan uang ini atau tetap ku simpan sebagai bekal untuk masa depan anak-anakku kelak? Aku punya cita-cita pergi umroh bersama mereka. Dan aku ingin saat mereka dewasa kelak, mereka dapat berkata bahwa mereka pertama kali pergi umroh bersama mommy nya di kala mereka masih kecil. Aku ingin mengukir kenangan yang indah bersama mereka. Tapi disisi lain aku takut, uang yang ku kumpulkan ini jumlahnya tak akan sama lagi. Padahal ini adalah tabungan untuk masa depan mereka.

Rasa bimbang itu datang lagi, menghantuiku. Ku pejamkan mata sesaat, lalu secepat kilat ku putuskan, kita berangkat tahun ini. Rezeqi pasti datang lagi, apalagi ini untuk ibadah dan kebaikan pikirku. Dan tanpa pikir panjang lagi ku kabari pihak travel. Yang kuyakin saat ini hanya satu yaitu janji Allah itu pasti ditepati, jadi aku tak perlu takut. Bukankah Allah berjanji, barang siapa yang mendekati nya selangkah maka Allah akan berlari mendekatinya. Dan barang siapa mencari akhirat maka dunia akan mengikutinya? Cukup itu saja yang membulatkan keyakinanku untuk memantapkan keputusanku.

Tanpa di duga pihak travel yang memang adalah milik temanku memberikan potongan yang tak pernah kukira. Alhamdulillah … kataku dalam hati, niat baik memang harus segeras dilaksanakan, buktinya Allah langsung memberikan kemudahan bagiku.

Ku beritahukan kabar gembira ini pada anak-anakku. Mereka senang tak terkira. Cerita-cerita yang selama ini ku kisahkan akhirnya bisa mereka lihat langsung nanti. Yakin kepada Allah adalah kunci kita melangkah untuk melakukan kebaikan, ion positif pasti akan berdatangan dengan sendirinya bagaikan magnet alami. Jadi, jangan pernah takut untuk melakukan hal baik, segera lakukan. Jangan mau dikalahkan oleh kebimbangan yang datangnya dari syaiton. Mau menang? Selalu yakin akan Allah bersama kita.


#30DayWritingChallange #Jilid9 #day23 #squad1

Wednesday, 1 November 2017

Nenden


Ayahku berasal dari daerah Sumedang dan ibuku berasal dari daerah Rangkasbitung yang keduanya adalah daerah dataran sunda. Cinta mereka pun tumbuh dan bersemi dikota Bogor. Dan lahirlah aku si bungsu kesayangan dari lima bersaudara keluarga pribumi tataran sunda ini. Samapai namaku pun memiliki nama alias, atau nama sapaan khusus.

Nenden , adalah nama sapaanku dalam keluarga. Nama Nenden berasal dari kata “Neng” dan “aden”. Yang memiliki arti nona muda yang harus selalu dilayani secara istimewa, karena sayang yang luar biasa dari keluarga untuk sang nona muda ini.

Tapi aku tidak seluruhnya memiliki ciri orang sunda seperti yang disebutkan dalam lagu panon hideung. Mataku sipit, bahkan waktu kecil tidak memiliki kelopak mata, dan mataku pun berwana coklat bukan hitam. Selebihnya ciri-ciriku sama dengan yang disebutkan dalam lagu. Yaitu hidung mancung dan kulit kuning.

Dalam keluarga ku budaya sunda sangat dipertahankan. Terutama sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Di mulai dari tatanan Bahasa, dalam Bahasa sunda ada beberapa tingkatan kehalusan Bahasa. Makin berumur lawan bicara kita maka makin halus juga Bahasa yang digunakan pada orang tersebut. Demikian juga bila lawan bicaranya memiliki pendidikan/pengetahuan lebih tinggi baik formal maupun non formal , di prioritaskan untuk disopan santuni. Sehingga kami yang lebih muda pun terbiasa dalam berbicara sangat berhati-hati.

Sikap ramah tamah juga sangat diterapkan, mungkin ini juga yang menjadikan Indonesia terkenal sebagai orang yang ramah tamah. Karena kebiasaan yang dijalankan terus menerus, pada akhirnya akan menjadi sumber tatakrama.

Bahkan gerak tubuh pun sangat diperhatikan. Karena gerak tubuh pun bisa berbicara, menghargai atau tidak nya seseorang terhadap orang lain di lingkungannya. Dan kebiasaan ini sudah diterapkan semenjak kami kecil dengan dicontohkan orang tua kami.

Jadi, mari kita kembalikan budaya Indonesia yang ramah dengan mengaplikasikan tata karma dari masing-masing daerah.

 

#30DayWritingChallange #jilid9 #squad1 #day22