Tiitik terang itu sepertinya mulai muncul perlahan. Perlahan
tapi pasti. Jalinan rasa yang pernah pias, tak akan bisa menghapus jalinan
ikatan batin yang terjalin karena ikatan darah. Yaitu hubungan darah antara
orang tua dan anaknya. Jangankan manusia, hewan pun rasanya saling mengenali
antara anaknya atau bukan.
Terlebih lagi kaum laki-laki yang biasanya mendambakan
keturunan yang berjenis kelamin sama dengan mereka. Yaitu anak laki-laki, yang menguatkan
garis keturunan mereka.
Hak dan kewajibannya memang belum ia penuhi, bahkan belum ia
perlihatkan. Namun, sudah terbersit dalam hatinya ingin bertemu dengan
anak-anaknya saja sudah merupakan hal yang patut aku acungi jempol. Beruntungnya
kamu karena aku selalu memberikan gambaran yang baik tentangmu pada anak-anak
kita. Walaupun kamu selalu berprasangka buruk padaku. Tidak menjadi persoalan
buatku. Karena bagiku pandangan baik anak-anak akan orang tua mereka itu
penting.
Khayalku pun melambung, mereka bergi bergandengan tangan
untuk sholat jum’at. Itu saja, sudah mencakup banyak aspek menurutku. Contoh teladan
terbaik dari sisi seorang ayah terhadap anaknya. Dan semoga saja dapat segera
teralisasi pada kenyataannya.
Ini adalah kisah yang harus segera diukir dengan ukiran
lembut keindahan. Sehingga tidak akan timbul kata terlambat untuk
memperbaikinya. Ukirannya harus perlahan dan indah karena menyangkut perasaan
seorang anak yang sempat bingung karena hilangnya sosok figure seorang ayah. Ayah
yang dulu sempat menghilang bagai ditelan bumi, Dan kini mulai merindukan
anak-anaknya bagaikan baru saja terbangun dari tidur lelapnya yang panjang.
#30DayWritingChallange #Jilid9 #Squad1 #day21
No comments:
Post a Comment